Contoh Laporan Digital Marketing yang Wajib Kamu Tahu

 



INFOPEDIA - Digital marketing saat ini menjadi profesi yang sedang naik. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya jaman, profesi marketing atau pemasaran terus mengalamai perubahan bahkan berevolusi. Dunia kerja saat ini membutuhkan peranan digital marketing tidak hanya untuk menambah omezet penjualan, bahkan digital marketing juga berperan dalam mengkampanyekan brand atau produk di berbagai media salah satunya media sosial. 

Jika sudah terjun di dunia pemasaran digital, alangkah baiknya juga wajib tahu bentuk laporan digital marketing, laporan digital marketing perlu dibuat guna mengevaluasi kinerja pemasaran digital dan kita juga tahu seberapa efektif bahkan efisien strategi pemasaran digital sejauh ini. 

Di artikel ini kita akan membahas contoh laporan digital marketing yang wajib kamu ketahui, yuk langsung saja simak terus artikel ini.

Perkenalan


Laporan harus sangat akurat dan tepat, laporan akan menjadi parameter untuk mengukur kinerja selama ini. Pada dasarnya kegiatan digital marketing berlangsung dalam periode waktu tertentu sesuai yang disepakati (harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan). Selain menjadi parameter untuk mengukur kinerja digtal marketing, laporan secara rutin juga membantu untuk menentukan tujuan akhir dari digital marketing yang sedang dikerjakan (kampanye brand, meningkatkan traffic penjualan, memperluas engagement, dll).

Apakah kamu tahu, data - driven? ketika perusahaan menggunakan sebuah pendekatan "data - driven", yang berarti semua strategi harus berdasarkan dari hasil analisa dan hasil intepretasi data. Dalam hal ini laporan digital marketing harus memiliki keunggulan yaitu kemudahan dalam tracking kampanye dan mendapatkan data secara real-time, maka pendekatan data-driven sangat bisa diterapkan.

Namun, bagaimana cara perusahaan untuk mengambil keputusan yang data-driven dengan mudah? Yaitu dengan memiliki laporan digital marketing yang update serta akurat.


Ketika pada saat menyusun sebuah laporan digital marketing, haruslah memahami dahulu tujuan dari laporan tersebut. Pada dasarnya, tujuan laporan digital marketing mencangkup, diantaranya:
  • Memonitor data jika ada sesuatu yang janggal atau menemukan sebuah tren
  • Mengukur performa untuk mengevaluasi strategi yang gagal dan berhasil
  • Melakukan optimasi agar semakin mendekati “goal” yang ditentukan dengan efektif
  • Mengambil keputusan dan mengatur strategi berdasarkan data
Berdasarkan dengan tujuan, sebuah laporan digital marketing dapat dibuat pada skala bulanan, mingguan, bahkan harian. Sebagai contoh; memonitor data kampanye setidaknya setiap hari untuk mengantisipasi jika ada iklan yang bocor, atau dapat melakukan optimasi berdasarkan data setiap satu atau dua minggu sesuai dengan learning phase setiap platform. 

Cara Penyusunan Laporan Digital Marketing



Nah, kali ini kita akan mencoba praktik dalam menyusun sebuah laporan digital marketing. Contoh ini akan menggunakan laporan untuk pain channel,  akan tetapi bisa diterapkan juga di channel lainnya.

Langkah Pertama - Seleksi Data 

Langkah pertama adalah mengidentifikasi metriks yang diperlukan sesuai dengan KPI (Key Performance Indicator) yang ditentukan. Pada saat membuka dashboard Google Analytics, Facebook Ads Manager, Google Ads, dan lainnya, maka akan terlihat banyak sekali data dan metriks. Namun, klien maupun perusahaan biasanya hanya tertarik dengan beberapa metriks saja dan melaporkan semuanya justru dapat membuat mereka kewalahan.

Contoh Dashboard Facebook Ads Manager. Pilih metriks yang dibutuhkan (kotak hitam) pada custom column (kotak merah) lalu unduh melalui report export table data (kotak hijau)

Dalam e-commerce, metriks yang wajib untuk dilampirkan adalah:
  • Conversion
  • Cost [$]
  • Revenue [$]
Selain itu, ada metriks turunan yang bisa ditambahkan yaitu:
  • Cost per Result [$]
  • ROAS/Return on Ad Spend
  • Average Order Value [$]

Perusahaan pada dasarnya akan memperhatikan “Return on Investment (ROI)”- berapa biaya yang dikeluarkan untuk kampanye marketing, dan berapa hasil revenue maupun jumlah penjualan yang didapatkan dari biaya tersebut. Maka, metriks yang berhubungan dengan informasi tersebut wajib ada ketika membuat laporan untuk perusahaan.

Contoh Dashboard Google Ads. Pilih metriks yang dibutuhkan (kotak hitam) pada custom column (kotak merah) lalu unduh melalui download (kotak hijau)

Selain itu, ada beberapa, sebagai digital marketer ada metriks lain yang perlu kamu perhatikan:
  • Click
  • Impression
  • CPC/Cost per Click [$]
  • CTR/Click-through-Rate [%]
  • Bounce Rate [%]
  • Frequency
  • Quality Score
  • Conversion Rate [%]
Metriks ini biasanya tidak menjadi prioritas utama klien, maka laporkan jika ada penemuan menarik saja. Di lain sisi, data ini sangat penting untuk internal tim marketing agar memonitor serta mengevaluasi targeting maupun iklan yang dijalankan.

Catatan: Pada saat memilih tambahan metriks lain, bisa memulai dengan argumen yang ingin disampaikan dan mencari data/metriks yang bisa mendukung hipotesa tersebut.


Langkah Kedua - Mengolah dan Visualisasi Data

Data yang sudah dipilih kemudian dapat diunduh dan dapat diproses melalui berbagai tools. Yang paling sering digunakan adalah Google Sheets atau Microsoft Excel. Agar raw data juga dapat diakses oleh para pimpinan perusahaan dengan mudah, maka disarankan untuk menggunakan Google Sheet yang online. Ada beberapa rumus yang wajib kamu kuasai jika menggunakan tools ini: pivot table, vlookup/hlookup, filter, sum/count/average. Agar mudah dimengerti, data kuantitatif yang sudah diolah di tabel kemudian perlu divisualisasikan dengan menggunakan chart/grafik. Ada 2 jenis dasar yang perlu dikuasai yaitu Bar Chart dan Line Chart, beserta beberapa turunannya seperti gambar berikut:


Selain itu, sekarang sudah ada pilihan lain yang lebih memudahkan digital marketer untuk melakukan otomatisasi laporan yaitu Google Data Studio. Ini adalah tools yang disediakan oleh Google untuk memudahkan visualisasi data yang tersambung langsung ke platform seperti Google Ads, Youtube Analytics, Google Analytics, dan platform google lainnya. Di awal, perlu memberikan upaya ekstra untuk membentuk dashboard yang informatif namun juga atraktif secara visual. Namun jika sudah terbentuk, hanya perlu mengganti Date Range di setiap minggunya dan data otomatis akan berganti di dashboard tersebut. Pilihan chart yang tersedia kurang lebih serupa dengan Google Sheet, ada Bar Chart, Line Chart, Pie Chart dan tambahan menarik lain seperti Scorecard dan Geo chart.


Contoh Template dari Google Data Studio. Ada source data (kiri atas), date range (kanan atas), score card, line chart dan geo chart.

Catatan: Ingat untuk memastikan bahwa periode waktu tepat dan konsisten. Misalkan, hitungan periode mingguan (7 hari) adalah dari hari Sabtu sampai Jumat minggu depannya. Tidak ada ketentuan yang baku untuk ini, namun pastikan untuk selalu konsisten supaya tidak ada data yang overlapping.

Presentasi Laporan Digital Marketing

Ada kalanya membaca laporan melalui Google Data Studio maupun Google Sheet dinilai cukup. Namun ketika berhadapan dengan klien atau stakeholder lain, kita perlu membuat presentasi agar informasi dapat mudah ditangkap oleh pembaca. Dalam sebuah presentasi Laporan Digital Marketing, secara ringkas hal yang disertakan adalah:
  • Summary
  • Hasil kampanye
  • Hasil targeting
  • Hasil kreatif
  • Insight dan actionable plan
  • Lain-lain (kebutuhan dari departemen lain, budgeting, dsb)

Summary menampilkan ringkasan data performa seluruh channel digital marketing (blended): total biaya yang dikeluarkan, conversion maupun revenue yang didapatkan, dan channel yang menghasilkannya. Dengan ini pembaca dapat mengevaluasi channel marketing mana yang berkontribusi dan sesuai dengan bisnisnya.

Pada hasil kampanye dan targeting, pembaca dapat membandingkan performa antar kampanye maupun targeting agar pada akhirnya dapat mengambil keputusan pada budgeting dan bidding, keyword, audiens, lokasi, goal, penempatan dan lainnya untuk menambah, mengurangi atau bahkan memberhentikannya.

Untuk hasil kreatif, data dapat digunakan juga untuk membandingkan hasil A/B testing kreatif iklannya untuk mengetahui varian yang sesuai bagi audiens yang ditentukan. Ketika ingin melakukan A/B testing, pastikan hanya satu elemen saja yang berbeda antara varian A dan B agar kesimpulan yang ditarik dapat lebih akurat. Dalam kreatif ads, frekuensi juga perlu diperhitungkan agar audiens tidak mengalami ad fatigue.

Langkah terakhir adalah untuk menutup dengan kesimpulan yang didapatkan dari data pada periode laporan ini: apa yang berhasil dan apa yang tidak berhasil. Kemudian, kamu perlu menyampaikan optimasi apa yang akan kamu lakukan untuk kedepannya didasari dengan reasoning yang kuat dan jika ada kebutuhan yang berhubungan dengan departemen lain juga dapat disampaikan saat laporan ini. Jika mendapat persetujuan, tugasmu berikutnya adalah menjalankan rencana tersebut dan melaporkan hasilnya kembali di presentasi berikutnya.

Penutup

Dalam digital marketing, ini adalah siklus workflow yang dilakukan terus menerus-- melakukan A/B Test , mengevaluasi performa, menyusun strategi berdasarkan data, dan kembali ke A/B Test lagi --dengan harapan budget yang dikeluarkan dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Memiliki laporan Digital Marketing adalah cara untuk mempermudah mengambil keputusan yang tepat.

Komentar